KRITIK ARSITEKTUR
Kritik Normatif yaitu dengan penggunaan bahasa yang formal.
Kritik Normatif :
1. Doktrin
2. Type bangunan
3. Ukuran
4. Sistem
Gedung De
Javasche Bank
Gedung
yang didirikan pada masa kolonial Hindia Belanda yang merupakan type bangunan
yang bergaya eklektik pada masanya. Gaya neo renaissance yang dahulu di jadikan
trand pada bangunan-bangunan bank pada zaman Hindia Belanda yang kemudian juga
membuat cabang-cabang di berbagai kota sebagai pusat pelayanan perbankan. Namun
sekarang banyak yang dijadikan sebagai bangunan cagar budaya bertujuan untuk
dilindungi sebagai bangunan bersejarah. Gedung De Javasche Bank yang berada
dikota surabaya sekarang dijadikan sebagai museum.
Museum
Bank Indonesia (Indonesian Museum Bank Indonesia) terletak di Surabaya, Indonesia. Museum ini secara khusus didirikan oleh Bank
Indonesia dan dibuka pada tanggal 27 Januari 2012 setelah
direstorasikan. Museum yang menempati gedung ini dikenal sebagai De Javasche
Bank (sekarang: Bank Indonesia)sebagai Bank sentral Hindia
Belanda yang bermarkas di Batavia. Setelah kemerdekaan Indonesia gedung ini terus berfungsi
sebagai cabang Bank Indonesia di Surabaya hingga tahun 1973. Museum ini tutup
pada hari Senin dan hari libur. Meseum ini tidak memiliki biaya masuk
De Javasche
Bank membuka cabang di Surabaya pada 14 September 1829. Pada 1904 bangunan asli
yang menempati plot dihancurkan dan dibangun kembali dengan luas 1.000 meter
persegi. Ini dirancang dengan cara yang sama dari kantor pusat De Javasche Bank
di Batavia, dengan Neo-Renaissance arsitektur dan perhiasan Jawa pada rinciannya.
Museum
ini memiliki 3 lantai dan menampilkan sejarah sistem perbankan di Indonesia,
foto-foto lama dari Surabaya dan juga koleksi mata uang kuno. Tampilan museum
dibagi menjadi 3 ruangan:
·
' Ruangan Koleksi mata uang lama’ - Ruangan sebelumnya berfungsi sebagai kamar aman deposito dan digunakan
untuk menampilkan mata uang lama Indonesia.
·
'Ruangan Koleksi dari konservasi ' - Ruangan mengandung bahan bangunan yang diganti untuk konservasi, sejarah
juga konstruksi bank.
·
'Ruangan Koleksi harta budaya' - ruangan mesin bank lama tampilan dan peralatan.
Gedung De Javasche Bank
Gedung ini terletak
di Jalan Garuda No. 1 Kelurahan Krembangan Selatan, Kecamatan
Krembangan, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasi
gedung ini berada di sebelah barat gedung Internatio (Internaionale Credit
en Handelsvereeniging Rotterdam), atau sebelah utara Kantor Telkom
Unit Pelayanan dan Perbaikan.
De Javasche Bank (DJB) adalah
salah satu bank terkemuka pada zaman Hindia Belanda yang didirikan di Batavia
pada tanggal 24 Januari 1828. Selain kantor pusat yang berada
di Batavia, DJB membuka
cabang di berbagai kota seperti di Semarang, Surabaya, Bandung, Banda
Aceh, Medan, Banjarmasin, Padang, Makassar, Cirebon, Solo, Yogyakarta,
Palembang, Pontianak, Malang dan Kediri.
Pada tahun 1907 direksi DJB
memutuskan untuk memperbarui gedung yang lama dengan gedung baru yang lebih
modern di seluruh Hindia Belanda, termasuk kantor cabang di Surabaya. Sebagai
lembaga keuangan yang dibebani kepercayaan dan ke hati-hatian dalam mengelola
keuangan, DJB memilih gaya arsitektur yang konservatif dalam
menanamkan brand-image pada masyarakat yaitu Neo
Renaissance atau gaya Ekletisisme.
Maka pada tahun 1910 dibangun gedung
baru seperti yang ada sekarang dengan melibatkan biro arsitek N.V.
Architechten-Ingenieursbureau Hulswit en Fermont te Weltevreden en Ed. Cuypers
te Amsterdam. Bangunan tersebut termasuk gedung yang paling
bergengsi di Surabaya pada zamannya.
Pada masa pendudukan Jepang, gedung
DJB pernah diambil alih dan kemudian diganti menjadi Nanpo Kaihatsu. Pada
Oktober 1945, NICA datang kembali ke Indonesia dengan membonceng tentara
Sekutu. Beberapa wilayah di Indonesia berhasil dikuasai NICA, termasuk di
antaranya Surabaya. Pada 22 Mei 1946 DJB Agentschap Soerabia kembali
dibuka oleh NICA.
Pada 19 Juni 1951 pemerintah
membentuk Panitia Nasionalisasi DJB untuk mengatur pembelian saham DJB yang
diperdagangkan di Bursa Efek Amsterdam. Lalu, pada 3 Agustus 1951 pemerintah
mengajukan penawaran kepada para pemilik saham DJB. Dalam waktu dua bulan,
hampir seluruh saham DJB terbeli.
Sumber :