Jumat, 18 Januari 2019

KRITIK ARSITEKTUR (KRITIK NORMATIF)

KRITIK ARSITEKTUR
Kritik Normatif yaitu dengan penggunaan bahasa yang formal.
Kritik Normatif :
1.      Doktrin
2.      Type bangunan
3.      Ukuran
4.      Sistem
Gedung De Javasche Bank
            Gedung yang didirikan pada masa kolonial Hindia Belanda yang merupakan type bangunan yang bergaya eklektik pada masanya. Gaya neo renaissance yang dahulu di jadikan trand pada bangunan-bangunan bank pada zaman Hindia Belanda yang kemudian juga membuat cabang-cabang di berbagai kota sebagai pusat pelayanan perbankan. Namun sekarang banyak yang dijadikan sebagai bangunan cagar budaya bertujuan untuk dilindungi sebagai bangunan bersejarah. Gedung De Javasche Bank yang berada dikota surabaya sekarang dijadikan sebagai museum.
            Museum Bank Indonesia (Indonesian Museum Bank Indonesia) terletak di Surabaya, Indonesia. Museum ini secara khusus didirikan oleh Bank Indonesia dan dibuka pada tanggal 27 Januari 2012 setelah direstorasikan. Museum yang menempati gedung ini dikenal sebagai De Javasche Bank (sekarang: Bank Indonesia)sebagai Bank sentral Hindia Belanda yang bermarkas di Batavia. Setelah kemerdekaan Indonesia gedung ini terus berfungsi sebagai cabang Bank Indonesia di Surabaya hingga tahun 1973. Museum ini tutup pada hari Senin dan hari libur. Meseum ini tidak memiliki biaya masuk        
            De Javasche Bank membuka cabang di Surabaya pada 14 September 1829. Pada 1904 bangunan asli yang menempati plot dihancurkan dan dibangun kembali dengan luas 1.000 meter persegi. Ini dirancang dengan cara yang sama dari kantor pusat De Javasche Bank di Batavia, dengan Neo-Renaissance arsitektur dan perhiasan Jawa pada rinciannya.
            Museum ini memiliki 3 lantai dan menampilkan sejarah sistem perbankan di Indonesia, foto-foto lama dari Surabaya dan juga koleksi mata uang kuno. Tampilan museum dibagi menjadi 3 ruangan:
·         ' Ruangan Koleksi mata uang lama’ - Ruangan sebelumnya berfungsi sebagai kamar aman deposito dan digunakan untuk menampilkan mata uang lama Indonesia.
·         'Ruangan Koleksi dari konservasi ' - Ruangan mengandung bahan bangunan yang diganti untuk konservasi, sejarah juga konstruksi bank.
·         'Ruangan Koleksi harta budaya' - ruangan mesin bank lama tampilan dan peralatan.
Gedung De Javasche Bank
            Gedung ini terletak di Jalan Garuda No. 1 Kelurahan Krembangan Selatan, Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Lokasi gedung ini berada di sebelah barat gedung Internatio (Internaionale Credit en Handelsvereeniging Rotterdam), atau sebelah utara Kantor Telkom Unit Pelayanan dan Perbaikan.
            De Javasche Bank (DJB) adalah salah satu bank terkemuka pada zaman Hindia Belanda yang didirikan di Batavia pada tanggal 24 Januari 1828. Selain kantor pusat yang berada di Batavia, DJB membuka cabang di berbagai kota seperti di Semarang, Surabaya, Bandung, Banda Aceh, Medan, Banjarmasin, Padang, Makassar, Cirebon, Solo, Yogyakarta, Palembang, Pontianak, Malang dan Kediri.
            Pada tahun 1907 direksi DJB memutuskan untuk memperbarui gedung yang lama dengan gedung baru yang lebih modern di seluruh Hindia Belanda, termasuk kantor cabang di Surabaya. Sebagai lembaga keuangan yang dibebani kepercayaan dan ke hati-hatian dalam mengelola keuangan, DJB memilih gaya arsitektur yang konservatif dalam menanamkan brand-image pada masyarakat yaitu Neo Renaissance atau gaya Ekletisisme.
            Maka pada tahun 1910 dibangun gedung baru seperti yang ada sekarang dengan melibatkan biro arsitek N.V. Architechten-Ingenieursbureau Hulswit en Fermont te Weltevreden en Ed. Cuypers te Amsterdam. Bangunan tersebut termasuk gedung yang paling bergengsi di Surabaya pada zamannya.
            Pada masa pendudukan Jepang, gedung DJB pernah diambil alih dan kemudian diganti menjadi Nanpo Kaihatsu. Pada Oktober 1945, NICA datang kembali ke Indonesia dengan membonceng tentara Sekutu. Beberapa wilayah di Indonesia berhasil dikuasai NICA, termasuk di antaranya Surabaya. Pada 22 Mei 1946 DJB Agentschap Soerabia kembali dibuka oleh NICA.
            Pada 19 Juni 1951 pemerintah membentuk Panitia Nasionalisasi DJB untuk mengatur pembelian saham DJB yang diperdagangkan di Bursa Efek Amsterdam. Lalu, pada 3 Agustus 1951 pemerintah mengajukan penawaran kepada para pemilik saham DJB. Dalam waktu dua bulan, hampir seluruh saham DJB terbeli.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar